Jumat, 26 April 2013

Sebab Kenapa Mata Uang di Sebut Rupiah



Pernah kepikiran kalau mata uang Indonesia harus Rupiah..
Pastilah pernah kadang” tersirat di pikiran.
Nahh.. Kali ini mari kita bahas ulasan mengenai asal usul rupiah yang notabene menjadi nama mata uang Indonesia.

Perkataan “rupiah” berasal dari perkataan “Rupee”, satuan mata uang India. Indonesia telah menggunakan mata uang Gulden Belanda dari tahun 1610 hingga 1817. Setelah tahun 1817, dikenalkan mata uang Gulden Hindia Belanda.

Mata uang rupiah pertama kali diperkenalkan secara resmi pada waktu Pendudukan Jepang sewaktu Perang Dunia ke-2, dengan nama rupiah Hindia Belanda. Setelah berakhirnya perang, Bank Jawa (Javaans Bank, selanjutnya menjadi Bank Indonesia) memperkenalkan mata uang rupiah jawa sebagai pengganti.
Mata uang gulden NICA yang dibuat oleh Sekutu dan beberapa mata uang yang dicetak kumpulan gerilya juga berlaku pada masa itu.

Sejak 2 November 1949, empat tahun setelah merdeka, Indonesia menetapkan Rupiah sebagai mata uang kebangsaannya yang baru. Kepulauan Riau dan Irian Barat memiliki variasi rupiah mereka sendiri tetapi penggunaan mereka dibubarkan pada tahun 1964 di Riau dan 1974 di Irian Barat.

Krisis ekonomi Asia tahun 1998 menyebabkan nilai rupiah jatuh sebanyak 35% dan membawa kejatuhan pemerintahan Soeharto.
Rupiah merupakan mata uang yang boleh ditukar dengan bebas tetapi didagangkan dengan pinalti disebabkan kadar inflasi yang tinggi .

Satuan di bawah rupiah
Rupiah memiliki satuan di bawahnya. Pada masa awal kemerdekaan, rupiah disamakan nilainya dengan gulden Hindia Belanda, sehingga dipakai pula satuan-satuan yang lebih kecil yang berlaku di masa kolonial.

Berikut adalah satuan-satuan yang pernah dipakai namun tidak lagi dipakai karena penurunan nilai rupiah menyebabkan satuan itu tidak bernilai penting.
*sen, seperseratus rupiah (ada koin pecahan satu dan lima sen)
*cepeng, hepeng, seperempat sen, dari feng, dipakai di kalangan Tionghoa
peser, setengah sen
*pincang, satu setengah sen
*gobang atau benggol, dua setengah sen
*ketip/kelip/stuiver (Bld.), lima sen (ada koin pecahannya)
*picis, sepuluh sen (ada koin pecahannya)
*tali, seperempat rupiah (25 sen, ada koin pecahan 25 dan 50 sen)
Terdapat pula satuan uang, yang nilainya adalah sepertiga tali.

Satuan di atas rupiah
Terdapat dua satuan di atas rupiah yang sekarang juga tidak dipakai lagi.
Ringgit, dua setengah rupiah (pernah ada koin pecahannya)..
Kupang, setengah ringgit..

Batu Satam, Batu Berumur Jutaan Tahun yang Hanya Ada di Indonesia


Ada oleh-oleh khas berupa bebatuan yang dapat diboyong jika bertandang ke Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung. Batu Satam namanya. Batu unik berwarna hitam dengan urat-uratnya yang khas itu konon adalah hasil proses alam atas reaksi tabrakan meteor dengan lapisan bumi yang mengandung timah tinggi jutaan tahun silam, dikutip dari tektites.co.uk.
Proses Terjadinya:
1) Sekitar 780.000 tahun yang lalu sebuah asteroid yang besar menabrak bumi di Laut Cina Selatan (kemungkinan di Teluk Tonkin). Asteroid ini bergerak dari barat laut ke tenggara dan menabrak bumi dengan sudut tabrakan yang kecil.
2) Pada tahap awal dari tabrakan, energi kinetis dari asteroid yang menabrak bumi ini melelehkan dan menghantarkan momentum kepada lapisan atas dari batuan di permukaan bumi (seperti pasir dan lumpur) di daerah tabrakan.
3) Lapisan yang meleleh, terdiri dari batuan yang mencair, meninggalkan atmosfer bumi dan pecah menjadi batu semi cair berbentuk bulatan-bulatan kecil (globules) yang bernama “tektite”. Globules ini membentuk bola, dumbbells atau air mata, tergantung pada kecepatan rotasi yang terjadi saat pembentukan batu tektites atau batu satam itu.
4) Batu Satam yang berbentuk bola, dumbbells dan air mata mendingin dengan cepat, begitu cepat sehingga mereka membentuk kaca (sama dengan kaca, tetapi tidak murni, seperti di botol anggur atau bir modern).
5) Sekitar lima hingga enam menit setelah tabrakan dengan asteroid terjadi, bola yang sekarang telah membeku dan menjadi solid mulai masuk kembali ke atmosfer bumi dan jatuh di Belitung.
6) Karena Batu Satam itu memasuki kembali atmosfer bumi dengan kecepatan tinggi, gaya gesekan yang dialaminya memanaskan bagian depan dari batu ini.
7) Bila kaca dipanaskan dengan tidak merata (perbedaan temperatur yang besar antara bagian depan dan belakangnya), ia akan pecah. Seperti menuangkan air mendidih kedalam gelas minum.
8) Bagian depan dari Batu Satam ini akan membentuk pecahan-pecahan kecil. Pecahan ini ditingkatkan juga oleh tekanan yang intens karena perlambatan kecepatan.
9) Kecepatan kosmik yang dibawa oleh momentum Batu Satam ini pada akhirnya akan berkurang dan pecahnya batuan juga akan berkurang.
10) Karena ini Batu Satam akan jatuh ke bumi dengan gravitasi dengan gerakan yang lebih vertikal.
11) Di bumi Batu Satam dibawa oleh air sungai dan mungkin tererosi.
2) Pada akhirnya Batu Satam akan tergabung dengan endapan sediment yang biasanya juga mengandung timah (tererosi dari deposit panas bumi yang terkait dengan intrusi batu granit).
13) Di dalam tumpukan pasir yang berporositas tinggi, air tawar akan dengan sangat perlahan mengukir Batu Satam tersebut. Retakan setipis kertas (terbentuk karena gelas itu dipanaskan saat memasuki kembali atmosfer bumi) akan diperbesar dan membentuk parit kecil berbentuk U. Perhatikan bahwa parit berbentuk U ini hanya terbentuk di bagian yang terpanaskan, bagian depan dari Batu Satam (Tektite). Bagian belakang dari Batu Satam ini tetap seperti aslinya, berbentuk bola.

Reference: tektites.co.uk

10 Pelajaran Cinta Dalam Serial Twilight


Nah kali ini kita mau mengambil seni bercintanya dari film Twilight Saga, kalau kamu kira film ini tidak relevan? Think again. Kita bisa belajar banyak mengenai cinta dari Edward Cullen dan Bella Swan. Dari cara bersikap sampai bagaimana mengatasi sebuah hubungan yang penuh dengan perbedaan.
 1. Don’t let a guy read your mind. Be a mysterious girl.
Edward Cullen adalah seorang vampir dengan kemampuan khusus yang mampu membaca pikiran orang lain. Namun, ada satu gadis, Bella Swan, yang pikirannya tidak mampu ditembus olehnya. Rasa penasaran membuatnya tertarik akan Bella.
“Laki-laki akan merasa penasaran dan tertarik pada perempuan yang tidak mudah terbaca. Jangan membuka dirimu serta menjadi available 100% pada awal masa perkenalan. Jadilah seorang yang misterius dan biarkan dia mencari tahu tentang dirimu.”
2.  Be yourself
Kalau biasanya Edward membatasi diri dan tidak pernah membiarkan dirinya didekati siapapun, tidak demikian dengan Bella. Ia pun semakin tertarik karena setiap kata-kata Bella dalam menjawab pertanyaan tidak dapat diduga sebab berbeda dengan jawaban yang umumnya diberikan oleh orang lain.
“Jadilah dirimu sendiri. Kamu tidak perlu mengubah karaktermu menjadi lebih begini atau begitu dengan harapan seorang laki-laki akan menyukaimu. Seperti Bella yang apa adanya, seorang laki-laki yang memang tepat untukmu akan menyukai dirimu apa adanya.”
3. He introduces you to his family
Setelah lebih mengenal satu sama lain, Edward kemudian mengundang Bella ke rumahnya untuk berkenalan dengan seluruh keluarganya.
“Seorang laki-laki yang serius dengan kita tanpa diminta akan mengenalkan kita pada keluarga dan teman terdekatnya. Ini penting baginya karena ia ingin melihat apakah kita bisa diterima dan masuk ke dalam lingkungan terdekatnya.”
4. Public Announcement
Pada akhir cerita Twilight, Edward mengajak Bella untuk pergi ke prom bersamanya. Walaupun kaki Bella terbalut gips, Edward tidak perduli dan dengan bangga ia melangkahkan kakinya ke acara prom night tersebut dengan menggandeng Bella.
“Setelah mengenalkan kita kepada keluarga dan teman terdekat, seorang laki-laki akan “mengumumkan” hubungan kalian di depan umum. Ia ingin seisi dunia tahu kalau kamu adalah pasangannya. Karena itu, berpikirlah dua kali apabila seorang laki-laki tidak mau mengakui hubungannya denganmu di depan umum.”
5. Protective
Pada ulang tahun Bella yang ke 18, jarinya secara tidak sengaja tergores hingga Jasper, saudara Edward, tidak kuasa saat mencium darah Bella dan menyerangnya. Edward merasa sangat terpukul dengan kejadian tersebut karena merasa hubungannya dengan Bella mengancam nyawa Bella. Untuk melindunginya, Edward memilih pergi dari kehidupan Bella.
“Saat seorang laki-laki sungguh mencintai, mereka memiliki intuisi kuat untuk melindungi perempuan yang dicintainya. Apakah itu melindungi dengan kekuatannya, segala akal dan pikirannya, serta menaruh kepentingan si perempuan di atas kepentingannya walaupun itu berarti mundur demi kebaikan si perempuan.”
6.  Can’t live without you
Setelah terpisah dengan Bella, Edward salah mengartikan visi dimana ia melihat Bella loncat dari tebing sebagai sebuah tindakan bunuh diri. Padahal, itu dilakukan Bella hanya sebagai sebuah kegiatan untuk kesenangan. Karena frustasi, Edward tidak ingin hidup lagi.
“Banyak orang baru mengetahui nilai sesuatu saat kehilangan hal tersebut. Kamu dan pasanganmu mungkin saja terpisah karena satu dan lain hal, namun saat itulah kamu bisa melihat isi hatinya yang sesungguhnya. Seorang laki-laki yang sungguh mencintai kamu tidak akan sanggup kehilangan kamu.”
7. Adjustment & Commitment
Bella meminta Edward untuk mengubahnya menjadi seorang vampir agar bisa hidup bersama selamanya. Walaupun Edward awalnya menentang hal itu, akhirnya ia menerimanya dengan syarat hal ini harus dilakukan setelah pernikahan.
“Di dalam setiap hubungan, pasti ada suatu perbedaan yang mendasar. Entah itu perbedaan kultur, karakter yang bertolak belakang, sampai perbedaan agama. Namun, apabila rasa cinta itu jauh lebih besar dari perbedaan yang ada dan dengan tujuan serius sampai pada pernikahan, maka sebuah jalan tengah bisa diambil untuk kebaikan dan kebahagiaan bersama.”
8. Waiting for sex
Bella yang walaupun sedikit takut akan pernikahan karena orang tuanya bercerai, akhirnya menyetujui lamaran Edward dengan satu kondisi yaitu mereka akan bercinta sewaktu dirinya masih hidup sebagai seorang manusia. Edward pun setuju namun menekankan bahwa ini hanya dilakukan setelah mereka resmi menikah.
“Seorang laki-laki yang mencintai akan menghormati pasangannya sehingga ia tidak akan memaksa pasangannya untuk melakukan hal yang belum waktunya. Sebuah hasil riset yang dilakukan beberapa waktu lalu menunjukkan bahwa seorang laki-laki tidak keberatan menunggu untuk mendapatkan seks, hanya apabila ia serius di dalam hubungan tersebut dan bisa melihat pasangannya sebagai calon istrinya.”
9. What love is..
Jacob sempat mengancam untuk bunuh diri saat mengetahui rencana pernikahan Edward dan Bella. Hal ini sempat menciptakan kebingungan di hati Bella karena ia sadar ia pun memiliki perasaan terhadap Jacob. Bagaimanakah reaksi Edward? Ia mengatakan bahwa ia akan merasa bahagia walau siapapun yang Bella pilih, asalkan Bella bahagia.
“Cinta tidak memaksakan kehendaknya sendiri dan tidak egois. Saat kita mencintai seseorang, kita akan merelakan dirinya dan ikut berbahagia walaupun itu berarti kebahagiaannya bukanlah bersama dengan kita.”
10. Marriage & Honeymoon
Setelah melewati pahit manis hubungan dan berbagai tantangan, Edward dan Bella akhirnya menikah dan menikmati sebuah honeymoon yang tak terlupakan.
“Sebuah hubungan perlu dirawat dan diperjuangkan setiap hari untuk dapat bertumbuh. Namun, segala usaha yang dilakukan tidak akan sia-sia dan pada waktunya kita akan bisa memetik hasil dari segala usaha dan kerja keras kita.”


Sabtu, 13 April 2013

Contoh Latar Belakang atau Rumusan Masalah Sederhana


Judul: Efektivitas Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Mutu dan Penguasaan.....Materi Pelajaran ....
Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh-sungguh dan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Sumber daya yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan pribadi, masyarakat, dan bangsa dalam rangka mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk menigkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lain, dan peningkatan mutu manajemen sekolah, namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang memadai.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.
Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Apa yang menjadikan belajar aktif? Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar akif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud)
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.
Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penulis peneliti mengambil judul …….
Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka peneliti merumuskan permasalahannya sebagai berikut:
  1. Bagaimana peningkatan ….
  2. Bagaimana pengaruh …(dalam contoh ini, rumusan masalah masih memiliki beberapa varian)
……………...
Perhatikan, warna biru adalah bentuk gambaran umum sebelum masuk ke inti masalah yang akan diteliti, warna merah adalah deskripsi "tengah" untuk menyambungkan deskripsi umum ke deskripsi yang lebih khusus, dan warna selanjutnya merupakan deskripsi khusus sebelum masuk ke rumusan masalah.
Pada dasarnya semua tulisan maupun hanya sekedar ulasan, memiliki latar belakang. Namun, terkadang dibuat dengan simpel. Satu hal yang penting, bahwa apa yang diungkapakan dalam latar belakang masalah, secara sistematis dikuti oleh isi dan akhir tulisan atau ulasan.

Pengertian, Jenis, Fungsi, dan Tujuan Laporan Hasil Penelitian


Sebelum menjelaskan tentang penyusunan laporan hasil penelitian, terlebih dahulu penulis mengungkapkan maksud dari ungkapan tersebut. Penyusunan merupakan imbuhan dari kata dasar susun yang berarti: 1) kelompok atau kumpulan yang tidak berapa banyak, tumpuk, 2) seperangkat barang yang diatur atau bertingkat-tingkat, 3) rangkap yang tindih menindih. Namun dalam referensi ini, yang dimaksud dengan penyusunan adalah proses pengaturan dengan menumpuk dan mengelompok secara baik.
Laporan ialah keterangan atau informasi tentang suatu keadaan atau suatu kegiatan berdasarkan fakta. Fakta yang diinformasikan itu berkaitan dengan tanggung jawab yang ditugaskan kepada si pelapor. Fakta yang dilaporkan berdasarkan keadaan obyektif yang dialami sendiri si pelapor (dilihat, didengar, dirasakan sendiri) ketika si pelapor melakukan kegiatan.
Penelitian diartikan sebagai 1) pemeriksaan yang teliti; penyelidikan; 2 kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.
Dengan demikian, yang dimaksud penyusunan laporan hasil penelitian, adalah proses pengaturan dan pengelompokan secara baik tentang informasi suatu kegiatan berdasarkan fakta melalui usaha pikiran peneliti dalam mengolah dan menganalisa objek atau topik penelitian secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis sehingga terbuat sebuah prinsip-prinsip umum atau teori. Secara garis besar laporan penelitian terbagi atas:
Laporan penelitian ilmiah yang disebut juga laporan penelitian atau laporan ilmiah. Laporan penelitian ilmiah ialah karya tulis ilmiah yang disusun melalui tahap–tahap berdasarkan teori tertentu dan menggunakan metode ilmiah yang sudah disepakati ole para ilmuwan. Laporan ilmiah pada hakikatnya menyajikan kebenaran ilmiah hasil penelitian, pengamatan dan hasil analisis yang cermat.
Laporan bukan hasil penelitian ilmiah merupakan laporan tentang hal teknis penyelenggaraan kegiatan suatu badan atau instansi seperti laporan keuangan, inventaris dan lain-lain.
Adapun jenis-jenis laporan hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1) Laporan lengkap, 2) Catatan penelitian pendek untuk publikasi jurnal akademik, 3) Monografi atau working paper dimana yang diutamakan adalah pengutaraan interpretasi sementara, 4) Makalah atau artikel jurnal akademik, 5) Makalah atau artikel untuk press release untuk menarik perhatian membaca secara lengkap dan 6) buku di mana pengorganisasiannya disesuaikan dengan format buku.
Sedangkan fungsi laporan, antara lain: 1) Memberitahukan atau menjelaskan tanggung jawab tugas dan kegiatan. 2) Memberitahukan atau menjelaskan dasar penyusunan kebijaksanaan, keputusan atau pemecahan masalah. 3) Merupakan sumber informasi dan 4) Merupakan bahan untuk pendokumentasian.
Sementara tujuan laporan, antara lain: 1) Mengatasi suatu masalah, 2) Mengambil suatu keputusan yang lebih efektif. 3) Mengetahui kemajuan dan perkembangan suatu masalah. 4) Mengadakan pengawasan dan perbaikan. 5) Menemukan teknik–teknik baru.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Modul Belajar, Laporan Hasil Penelitian, http://modul-bi.blogspot.com, Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Cet. III; Jakarta: Sinar Grafika, 2001).

Pengertian Sampel dalam Penelitian


Di dalam kehidupan sehari-hari, tata cara sampling sering dilakukan, baik secara sadar maupun tidak sadar. Seorang ibu rumah tangga sering melaksanakan sampling kalau ingin mencicipi masakannya. Proses menarik sebagian subjek, gejala atau objek yang ada pada populasi disebut sampel.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat mengunakan sampel yang diambil dari populsi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu populasi yang diambil harus betul-betul representatif.
Sampling (kegiatan mengambil sampel dari populasi), berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis sumber data yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam menentukan sumber data, peneliti harus mengetahui siapa dan berapa jumlah orang (narasumber), apa dan di mana aktivitas tertentu serta dokumen apa yang dikaji. Keputusan ini didasarkan atas teknik sampling yang digunakan.
Pada penelitian konvensional, sampel ditentukan berdasar hitungan statistik yang diperkirakan cukup banyak untuk dipakai mewakili masalah yang ada, sehingga dapat menghasilkan suatu generalisasi umum yang bisa diterima. Pada penelitian kualitatif, jumlah sampel lebih ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan yang informatif. Apakah sampel yang dipakai dapat memberikan informasi yang maksimal. Pemilihan dapat dihentikan bila tidak lagi didapatkan informasi-informasi baru yang bisa dijadikan kriteria pemilihan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang akan menjadi sasaran penelitian. Suatu penelitian lapangan tidak setiap peneliti mampu menyelidiki obyek yang ada. Hal tersebut disebabkan beberapa pertimbangan, misalnya keterbatasan waktu, tanaga dan biaya. Apabila peneliti mengalami hambatan dalam hal tersebut, peneliti boleh melakukan penelitian sampel.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Soekitjo Notoatmojo, Metodologi Penelitian Kesehatan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005). S. Nasutiaon,Metode Reseach, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003). Suharsismi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002). Imam Suprayogo dan Topbroni, Methodologi Penelitian Sosial Agama (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003).

Jumat, 12 April 2013

Naruto Shippuuden

Naruto Shipuuden Episode 308
Naruto Shippuden Episode 309 Subtitle Indonesia rilis 18 April 2013


(SB) Download here
(UPPIT) Download here

THE ANALYSIS OF THE TRANSLATION TECHNIQUES, METHODS AND 
IDEOLOGIES OF THE CHILDREN STORY BILINGUAL BOOK                                                     
“ FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”
SINDE
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRACT

This is a research about an analysis of technique, method, and ideology  of children story Four Funny Animal Stories. The aims of this research is to identify the translation techniques applied by the translators in translating children story.Then to analyze the method and ideology of translation.  The method 
applied  in the research is descriptive qualitative. The sources of the data in this research are texts of children story. From these data identify the techniques of translation,then based on the translation techniques  used can be concludedresearch methods and ideology of translation.The result of this research shows that there are six translation techniques applied by the translators. They are : literal translation with 515 data (91.47%) , pure borrowing with 22 data (3.73%), discursive creationwith 12 data (2.13%), reduction with 7 data (1.24%), linguistic compression with 6 data (1.06%),  and generalization with 1 data (0.17%).The wholedata that  have been translated used the single translation technique. Based on the majority of the translation techniques used by the translators can be drawn the conclusion that the method of translation is a literal translation method with a tendency to maintain the source language or the ideology of foreignization. 
Keywords : Translation Technique, Method, Ideology, Children Story Universitas Sumatera Utara


ANALISIS TEKNIK, METODE DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN      
TERHADAP BUKU CERITA ANAK BILINGUAL                                                    
“FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”.
SINDE
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian tentang jenis-jenis teknik penerjemahan, metode penerjemahan dan ideologi penerjemahan  terhadap cerita anak four funny animal stories. Tujuan dari penelitian ini adalah: petama untuk mengidentifikasi teknikteknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan cerita anak, kemudian menganalisis metode dan ideologinya. Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah buku cerita anak yang berupa bilingual book. Dari data tersebut diidentifikasi teknik-teknik penerjemahannya, kemudian berdasarkan teknik penerjemahan yang digunakan dapat disimpulkan metode penelitian dan ideologi penerjemahannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan yaitu literal sebanyak 515 data (91.47%), Peminjaman Murni dengan 22 data( 3.73%), Kreasi diskursif dengan 12 data (2.13%), reduksi dengan 7 data (1.24),kompresi linguistik dengan 7 data (1.24%) dan generalisasi dengan 1 data (0.17%)  . Keseluruhan data yang diterjemahkan menggunakan  teknik tunggal. Berdasarkan mayoritas teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dapat ditarik simpulan bahwa metode penerjemahannya adalah metode penerjemahan literal dengan kecenderungan mempertahankan bentuk bahasa sumber atau ideologi foreignisasi Kata kunci : Teknik, Metode, Ideologi Penerjemahan, Cerita Anak.

Universitas Sumatera Utara

pdf

PENERJEMAH DAN PENELITIAN TERJEMAHAN


Abstract



Endang Suciati
Universitas Pesantren Tinggi Darul’Ulum Jombang
endangsuciati24@gmail.com

Abstrak
Terjemahan didefinisikan sebagai proses transfer bahasa (bahasa sumber) ke dalam bahasa lain (bahasa sasaran). Proses transfer bahasa dilakukan oleh penerjemah. Dalam proses pengalihan bahasa ini, penerjemah harus memiliki kriteria sebagai penerjemah baik untuk mendapatkan hasil terjemahan yang baik juga. Namun, terkadang ada hasil terjemahan yang tidak akurat (transfer bahasa tidak tepat) sehingga masih diperlukan penelitian mengenai penerjemahan.
kata kunci: penerjemah, terjemahan


Abstract
Translation is defined as a process of transfer of a language (source language) into another language (target language). The process of language transfer is performed by a translator. In the process of transferring languages, a translator must have the criteria as a good translator in order to obtain good translation results. However, there are still sometimes the results of translation that cannot convey the expected language transmission, so that the translation researches must be conducted.
key words: translator, translations

pdf

ANALYSIS OF DIRECT SPEECH TRANSLATION IN “ABSEN NATAL” TRANSLATED FROM JOHN GRISHAM’S NOVEL “SKIPPING CHRISTMAS


CHAPTER I
INTRODUCTION
A. Research Background
English plays an important role in the world. As an international language, it is used to diseminate any information dealing with modern science and technology. To our country, English gives many advantages that it helps Indonesian people to keep up with the development of the world, especially in broadening their knowledge, not only in scientific and technological fields but also in art, literature, and entertainment.
With respect to the use of English in producing and communicating many kinds of information, the effort to get those information easier can be done by translating the source text into the target text. Through translation, it will be easier for readers to understand the content of the information given in English, especially for those who do not master English well.
1
Considering the function of translation in conveying certain information to the readers, it can be seen that translating is not an easy task because it deals with transferring thoughts and ideas from one language to another. These thought and ideas have to be conveyed accurately so that the contents of the message or the information are understandable for the target readers. That is why the important thing for a translator is to find the best way to make his translation accurate, acceptable, and readable.
Another thing which makes translation becomes a complex task is because translation or translating always involves two languages, the source and the target languages, which must have so many differences. The most possible thing found in two different languages is the difference of system. The different linguistic system can cause some problems for a translator. The problems faced by the translator in translating process can eventually cause the inaccurate, unacceptable or unreadable translation.
In translating process, the translator has to deal with two different languages expressed in the forms of words, phrases, clauses or sentences. The translator must concern himself with finding the target language translation equivalents. That is why in every stage of translating process, a translator often finds some difficulties which can be classified into: (1) difficulties in the analysis and understanding of the source language, (2) difficulties in the process of transferring and in finding target language equivalents, and (3) difficulties in restructuring the transferred material to get the best result of translation (Soemarno, 1991: 1). Dealing with these difficulties, to make a good translation, a translator sometimes has to make several adaptations or adjustments.
One of the causes which makes a translator difficult to produce a good translation is different grammatical structure of the source and the target languages. As stated by Baker, differences in the grammatical structures of the source and the target language often result in some change in the information content of the message during the process of translation (1992: 183). For example: the different grammatical structure between English and Indonesian.
Nowadays, most best-seller novels written in English are translated into Indonesian. One of them is John Grisham’s novel entitled “Skipping Christmas”, which is translated into “Absen Natal”. An interesting thing in novels or stories is the use of the direct speech or quoted speech which is indicated by the use of inverted commas (‘…’) or (“…”) at the beginning and at the end of the sentences. In the novel and its translation, direct speech is mostly translated in the same form or arrangement, but the researcher finds several changes occur. For example:
1. ST: “Where’s Frosty?” she asked.
“Same place he’s been since January. Why?” (p. 54).
The above passage is translated into:
TT: “Di mana Frosty kita?” Nora bertanya.
“Ya di basement, sejak Januari. Kenapa?” (p. 61).
In a conversation between Luther and Nora (the main characters in the novel) in page 16 as shown in the above example, it can be seen that the translator translates the part of the sentence ‘same place he’s been’ into ‘ya di basement’. The translator seems to give additional information to the readers that Frosty has been in the basement since January. Undoubtedly, this adjustment can be said as one of the translator’s strategies to make a good translation.
2. ST: “You bought five last year, Mr. Krank.”
“Can you do it again?” (p. 98).
TT: “Anda membeli lima tahun lalu, Mr. Krank.”
“Sekarang mau lima juga?” (p. 105).
In this second example, the translator alters the meaning of the direct sentence “Can you do it again?” into “Sekarang mau lima juga?”, instead of translating it into “Bisakah anda melakukannya lagi?”. It can be seen how the translator conveys the message in the source text to the target readers.
3. ST: “I wouldn’t drive too fast.”
“Why not?” (p. 147).
TT: “Sebaiknya jalannya jangan terlalu cepat.”
“Kenapa?” (p. 157).
In the above example, the translator does not only shift the sentence from negative into positive, but he also omits the subject ‘I’ in his translation. The translator changes the direct speech in the form of declarative sentence (statement) into an imperative sentence. Considering the content of the message in the source text, the meaning of the message conveyed in the target language does not deviate from the source meaning. But still, the translator actually can translate more accurately if he chooses more appropriate diction.
Based on such phenomena shown in the three examples above, the researcher is interested in studying the translation of the direct-speech sentences in John Grisham’s novel “Skipping Christmas” and its translation. Therefore, she conducts a research entitled ANALYSIS OF DIRECT SPEECH TRANSLATION IN “ABSEN NATAL” TRANSLATED FROM JOHN GRISHAM’S NOVEL “SKIPPING CHRISTMAS”.
B. Problem Statements
Based on the research background described previously, the proposed problems are:
1. How are the direct-speech sentences in “Absen Natal” translated from the novel “Skipping Christmas” by John Grisham?
2. How is the accuracy of those direct-speech translations?
C. Research Objectives
The objectives of this research are:
1. To find out how the direct-speech sentences in “Skipping Christmas” by John Grisham are translated into Indonesian.
2. To find out the accuracy of those direct-speech translations.
D. Research Significance
This research is expected to give some contribution to:
1. The students of English Department who are interested in finding out about the direct-speech translation from English to Indonesian.
2. The translators as an additional information to improve their ability in translation.
3. Other researchers who are interested in conducting further researches related to direct-speech translation.
E. Research Limitation
Research limitation is needed to give a focus to this research. In this research, the researcher will only take the sentences in the forms of declarative sentences in the novel “Skipping Christmas” by John Grisham and its translation “Absen Natal” as the data. Here, the sentence means an independent linguistic form, not included by virtue of any grammatical construction in any larger linguistic form(Bloomfield dalam Fries, 1952: 21), not only the sentence as defined by Blumenthal in The English Language as a group of words expressing a complete thought and containing at least a verb and its subject” (Blumenthal, 1963: 249).
F. Research Method
This research uses descriptive method in which the researcher collects and analyzes the data, then draws conclusion based on the data analysis. It is defined by Sutrisno Hadi, “suatu penelitian bersifat deskriptif apabila peneliti hanya mengumpulkan data, menyusun, menganalisis dan kemudian menyimpulkan tanpa bermaksud untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum (1983: 3). Detail explanation of the research methodology will be presented in Chapter III.
G. Thesis Organization
This research is arranged and divided into four chapters. Chapter I is Introduction. It consists of Research Background; Problem Statements; Research Objectives; Research Significance; Research Method; and Thesis Organization.
Chapter II is Literature Review. It consists of Definition of Translation; Types of Translation; Process of Translation; Problems in Translation; Adjustment in Translation; Sentences; Direct and Indirect Speech; and The Accuracy of Translation.
Chapter III is Research Methodology. It contains Research Method, Data and Data Source, Sample and Sampling Technique, Technique of Collecting Data, Research Design, and Technique of Analyzing Data.
Chapter IV is Analysis consisting of Analysis of Direct-speech Translation and its Accuracy, and Discussion.
Chapter V is Conclusion and Recommendation. It comprises conclusion of the analysis done before and recommendation to other researchers or readers of the thesis.
Post Title : SKRIPSI : ANALYSIS OF DIRECT SPEECH TRANSLATION IN “ABSEN NATAL” TRANSLATED FROM JOHN GRISHAM’S NOVEL “SKIPPING CHRISTMAS